Kamis, 26 Juli 2012

PROFIL MAJLIS TAFSIR AL QUR'AN




A. Pendirian dan Tujuan
YayasanMajlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) adalah sebuah lembaga pendidikan dandakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA didirikan olehAlmarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tangal 19September 1972 dengan tujuan untuk mengajak umat Islam kembali keAl-Qur’an. Sesuai dengan nama dan tujuannya, pengkajian Al-Qur’andengan tekanan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’anmenjadi kegiatan utama MTA.

B. Latar Belakang
Pendirian MTA dilatarbelakangi olehkondisi umat Islam pada akhir dekade 60 dan awal dekade70. Sampai padawaktu itu, ummat Islam yang telah berjuang sejak zaman Belanda untukmelakukan emansipasi, baik secara politik, ekonomi, maupun kultural,justru semakin terpinggirkan. Ustadz Abdullah Thufail Saputra, seorangmubaligh yang karena profesinya sebagai pedagang mendapat kesempatanuntuk berkeliling hampir ke seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya,melihat bahwa kondisi umat Islam di Indonesia yang semacam itu tidaklain karena umat Islam di Indonesia kurang memahami Al-Qur’an. Olehkarena itu, sesuai dengan sabda Nabi s.a.w. bahwa umat Islam tidak akandapat menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan umat Islambaik pada awalnya, yaitu Al-Qur’an, Ustadz Abdullah Thufail Saputrayakin bahwa umat Islam Indonesia hanya akan dapat melakukan emansipasiapabila umat Islam mau kembali ke Al-Qur’an. Demikianlah, maka UstadzAbdullah Thufail Saputra pun mendirikan MTA sebagai rintisan untukmengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an.

C. Bentuk Badan Hukum
MTA tidak dikehendaki menjadi lembagayang illegal, tidak dikehendaki menjadi ormas/orpol tersendiri ditengah-tengah ormas-ormas dan orpol-orpol Islam lain yang telah ada,dan tidak dikehendaki pula menjadi onderbouw ormas-ormas atauorpol-orpol lain. Untuk memenuhi keinginan ini, bentuk badan hukum yangdipilih adalah yayasan. Pada tanggal 23 Januari tahun 1974, MTA resmimenjadi yayasan dengan akta notaris R. Soegondo Notodiroerjo.

D. Struktur  Lembaga
Kini MTA telah berkembang ke kota-kotadan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Pada awalnya, setelahmendirikan MTA di Surakarta, Ustadz Abdullah Thufail Saputra membukacabang di beberapa kecamatan di sekitar Surakarta, yaitu di kecamatanNogosari (di Ketitang), Kabupaten Boyolali, di Kecamatan Polan Harjo,Kabupaten Klaten, di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, dan diKecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Selanjutnya, perkembangan padaumumnya terjadi karena siswa-siswa MTA yang mengaji baik di MTA Pusatmau pun di cabang-cabang tersebut di daerahnya masing-masing, atau ditempatnya merantau di kota-kota besar, membentuk kelompok-kelompokpengajian. Setelah menjadi besar, kelompok-kelompok pengajian itumengajukan permohonan ke MTA Pusat agar dikirim guru pengajar (yangtidak lain dari siswa-siswa senior) sehingga kelompok-kelompokpengajian itu pun menjadi cabang-cabang MTA yang baru. Dengan cara itu,dari tahun ke tahun tumbuh cabang-cabang baru sehingga ketika di sebuahkabupaten sudah tumbuh lebih dari satu cabang dan diperlukan koordinasidibentuklah perwakilan yang mengkoordinir cabang-cabang tersebut danbertanggungjawab membina kelompok-kelompok baru sehingga menjadicabang. Kini, apabila kelompok pengajian ini merupakan kelompokpengajian yang pertama-tama tumbuh di sebuah kabupaten kelompokpengajian ini langsung diresmikan sebagai perwakilan. Demikianlah,cabang-cabang dan perwakilan-perwakilan baru tumbuh di berbagai daerahdi Indonesia sehingga MTA memperoleh strukturnya seperti sekarang ini,yaitu MTA pusat, berkedudukan di Surakarta; MTA perwakilan, di daerahtingkat dua; dan MTA cabang di tingkat kecamatan (kecuali di DIY,perwakilan berada di tingkat propinsi dan cabang berada di tingkatkabupaten).

E. Kegiatan
1. Pengajian
a. Pengajian khusus
Sesuai dengan tujuan pendirian MTA,yaitu untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an, kegiatan utama diMTA berupa pengkajian Al-Qur’an. Pengkajian Al-Qur’an ini dilakukandalam berbagai pengajian yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitupengjian khusus dan pengajian umum. Pengajian khusus adalah pengajianyang siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah peserta) terdaftar dansetiap masuk diabsen. Pengajian khusus ini diselenggarakan seminggusekali, baik di pusat maupun di perwakilan-perwakilan dancabang-cabang, dengan guru pengajar yang dikirim dari pusat atau yangdisetujui oleh pusat. Di perwakilan-perwakilan atau cabang-cabang yangtidak memungkinkan dijangkau satu minggu sekali, kecuali dengan waktuyang lama dan tenaga serta beaya yang besar, pengajian yang diisi olehpengajar dari pusat diselenggarakan lebih dari satu minggu sekali,bahkan ada yang diselenggarakan satu semester sekali.Perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang yang jauh dari Surakarta inimenyelenggarakan pengajian seminggu-sekali sendiri-sendiri. Konsultasike pusat dilakukan setiap saat melalui telpun.
Materi yang diberikan dalam pengajiankhusus ini adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yangdikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baikkarya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islamyang laim, baik karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi.Kitab tafsir yang sekarang sedang dikaji antara lain adalah kitabtafsir oleh Ibn Katsir yang sudah ada terjemahannya dan kitab tafsiroleh Ibn Abas. Kajjian terhadap kitab tafsir oleh Ibn Abas dilakukankhusus oleh siswa-siswa MTA yang kemampuan bahasa Arabnya telah memadai.
Proses belajar mengajar dalam pengajiankhusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan tanya jawab. Gurupengajar menyajikan meteri yang dibawakannya kemudian diikuti denganpertanyaan-pertanyaan dari siswa. Dengan tanya jawab ini pokok bahasandapat berkembang ke berbagai hal yang dipandang perlu. Dari sinilah,kajian tafsir Al-Qur’an dapat berkembang ke kajian aqidah, kajiansyareat, kajian akhlak, kajian tarikh, dan kajian masalah-masalahaktual sehari-hari. Dengan demikian, meskipun materi pokok dalampengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an, tidak berarticabang-cabang ilmu agama yang lain tidak disinggung. Bahkan, seringkali kajian tafsir hanya disajikan sekali dalam satu bulan dan apabiladipandang perlu kajian tafsir untuk sementara dapat diganti dengankajian-kajian masalah-masalah lain yang mendesak untuk segera diketahuioleh siswa. Disamping itu, pengkajian tafsir Al-Qur’an yang dilakukandi MTA secara otomatis mencakup pengkajian Hadits karena ketikapembahasan berkembangan ke masalah-masalah lain mau tidak mau harusmerujuk Hadits.
Dari itu semua dapat dilihat bahwa yangdilakukan di MTA bukanlah menafsirkan Al-Qur’an, melainkan mengkajikitab-kitab tafsir yang ada dalam rangka pemahaman Al-Qur’an agar dapatdihayati dan selanjutnya diamalkan.
b. Pengajian Umum
Pengajian umum adalah pengajian yangdibuka untuk umum, siswanya tidak terdaftar dan tidak diabsen. Materipengajian lebih ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalampengamalan agama sehari-hari. Pengajian umum ini baru dapatdiselenggarakan oleh MTA Pusat yang diselenggarakan satu minggu sekalipada hari Minggu pagi.
2. Pendidikan
Pengamalan Al-Qur’an membawa kepembentukan kehidupan bersama berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.Kehidupan bersama ini menuntut adanya berbagai kegiatan yang terlembagauntuk memenuhi kebutuhan anggota. Salah satu kegiatan terlembaga yangdibutuhkan oleh anggota adalah pendidikan yang diselenggarakanberdasarkan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itulah, di sampingpengajian, MTA juga menyelenggarakan pendidikan, baik formal maupunnon-formal.

a. Pendidikan formal
Pendidikan formal yang telahdiselenggarakan terdiri atas TK, SLTP. dan SMU. SLTP dan SMU baru dapatdiselenggarakan oleh MTA Pusat. SLTP diselenggarakan di Gemolong,Kabupaten Sragen, dan SMU diselenggerakan di Surakarta. Tujuan daripenyelenggaraan SLTP dan SMU MTA ini adalah untuk menyiapkan generasipenerus yang cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, di sampingmemperoleh pengetahuan umum berdasar kurikulum nasional yangdikeluarkan oleh Depdiknas, siswa-siswa SLTP dan SMU MTA jugamemperoleh pelajaraan diniyah.
Di samping diberi pelajaran diniyah,untuk mencapai tujuan tersebut siswa SLTP dan SMU MTA juga perlu diberibimbingan dalam beribadah dan bermu’amalah. Untuk itu, para siswa SLTPdan SMU MTA yang memerlukan asrama diwajibkan tinggal di asrama yangdisediakan oleh sekolah. Dengan tinggal di asarama yang dikelola olehsekolah dan yayasan, siswa SLTP dan SMU MTA dapat dibimbing dan diawasiagar dapat mengamalkan pejaran diniyah dengan baik.
Alhamdulillah, sampai pada saat ini,baik SLTP maupun SMU MTA berhasil meraih prestasi akademis yang cukupmenggembirakan. Oleh karena prestasinya itu, SMU MTA masuk ke dalamdaftar lima puluh SMU Islam unggulan se Indonesia. Di samping itu,siswa-siswa yang melakukan kenakalan yang umum dilakukan olehremaja-remaja dapat dideteksi dan selanjutnya dibimbing semaksimalmungkin untuk menghentikan kenakalan-kenakalannya.
b. Pendidikan non-formal
Pendidikan non-formal juga baru dapatdiselenggarakan oleh MTA Pusat¸ kecuali kursus bahasa Arab yang telahdapat diselenggarakan oleh sebagian perwakilan dan cabang. Selainkursus bahasa Arab, pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh MTAPusat antara lain adalah kursus otomotif dengan bekerjasama dengan BLKKota Surakarta, kursus menjahit bagi siswi-siswi putri, dan bimbinganbelajar bagi siswa-siswa SLTP dan SMU. Disamping itu, berbagai kursusinsidental sering diselenggarakan oleh MTA Pusat, misalnya kursuskepenulisan dan kewartawanan.
3. Kegiatan Sosial
Kehidupan bersama yang dijalin di MTAtidak hanya bermanfaat untuk warga MTA sendiri, melainkan juga untukmasyarakat pada umumnya. Dengan kebersamaan yang kokoh, berbagai amalsosial dapat dilakukan. Amal sosial tersebut antara lain adalah donordarah, kerja bakti bersama dengan Pemda dan TNI, pemberian santunanberupa sembako, pakaian, dan obat-obatan kepada umat Islam padakhususnya dan masyarakat pada umumnya yang sedang tertimpa mushibah,dan lain sebagainya.
Donor darah, begitu juga kerja baktibersama Pemda dan TNI, sudah mentradisi di MTA, baik di pusat mau pundi perwakilan dan cabang. Secara rutin tiga bulan sekali MTA, baikpusat maupun perwakilan, menyelenggarakan donor darah. Kini MTAmemiliki tidak kurang dari lima ribu pedonor tetap yang setiap saatdapat diambil darahnya bagi yang mendapat kesulitan untuk memperolehdarah dari keluarganya atau dari yang lainnya.
4. Ekonomi
Kehidupan bersama di MTA juga menuntutadanya kerja sama dalam pengembangan ekonomi. Untuk itu, di MTAdiselenggarakan usaha bersama berupa simpan-pinjam. Dengansimpan-pinjam ini, siswa atau warga MTA dapat memperoleh modal untukmengembangkan kehidupan ekonominya. Di samping itu, siswa atau wargaMTA biasa tukar-menukar pengetahuan dan ketrampilan dalam bidangekonomi. Seorang warga MTA yang belum mendapat pekerjaan ataukehilangan pekerjaan dapat belajar pengetahuan atau ketrampilantertentu kepada siswa warga MTA yang lain sampai akhirnya dapat bekerjasendiri.
5. Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, dilakukanrintisan untuk dapat mendirikan sebuah rumah sakit yang diselenggarakansecara Islami. Kini baru MTA Pusat yang telah dapat menyelenggarakanpelyanan kesehatan berupa Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin. Disamping itu, untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada siswa atauwarga MTA di bentuk kader-kader kesehatan dari perwakilan dancabang-cabang yang secara periodik mengadakan pertemuan.
6. Penerbitan, Komunikasi, dan Informasi
Penerbitan, komunikasi, dan informasimerupakan sendi-sendi kehidupan modern, bahkan juga merupakansendi-sendi globalisasi. Untuk itu, MTA tidak mengabaikan bidang ini,meskipun yang dapat dikerjakan baru ala kadarnya. Dalam bidangpenerbitan, sesungguhnya MTA telah memiliki majalah bulanan yang sudahterbit sejak tahun 1974 dan telah memiliki STT sejak tahun 1977. Namun,hingga kini belum tampak adanya perkembangan yang menggermbirkan darimajalah yang diberi nama Respon ini. Di samping Respon, MTA juga telahmenerbitkan berbagai buku keagamaan. Dalam bidang informasi, MTA telahmempunyai web. site dengan alamat: http://www.mta-online.com denganalamat E-mail : humas_mta@yahoo.com

F. Sumber Dana
Banyak yang bertanya-tanya denganheran, dari mana MTA memperoleh dana untuk menyelenggarakankegiatan-kegiatannya? Isu yang pernah berkembang di masyarakat adalahbahwa MTA memperoleh dana dari luar negeri, isu lain mengatakan bahwaMTA memperoleh dana dari orpol tertentu. Sesungguhnya, apabila umatIslam betul-betul memahami dan menghayati agamanya, keheranan semacamitu tidak perlu muncul. Bahwa jihad merupakan salah satu sendi keimanantidak ada yang meragukan, bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa jihadmerupakan rukun Islam yang ke enam. Akan tetapi bahwa sesungguhnyajihad terdiri atas dua unsur, yakni jihad bi amwal dan jihad bi anfus,kurang dihayati; biasanya hanya jihad bi anfus saja yang banyakdikerjakan. Apabila jihad bi anwal dihayatai dengan baik dan diamalkan,umat Islam tidak akan kekurangan dana untuk membeayaikegiatan-kegiatannya. MTA membeayai seluruh kegiatannya sendiri karenawarga MTA yang ingin berpartisipasi dalam setiap kegiatan harus beraniberjihad bukan hanya bi anfus, akan tetapi juga bi anwal, karena memangdemikianlah yang diconthkan oleh Nabi dan para sahabatnya.
G. Rintangan dan Dorongan
Dalam perjalanannya semenjak berdirihingga kini, MTA banyak mengalami rintangan. Rintangan paling banyakdiperoleh justru dari umat Islam sendiri. Ketika siswa/warga MTAmengamalkan pengetahuannya tentang amal-amal yang telah banyakditinggalkan oleh umat Islam atau meninggalkan amal-amal yang telahbiasa dikerjakan oleh umat Islam tetapi sesungguhnya laisa minal Islam,siswa/warga MTA sering dituduh membawa agama baru. Ketika siswa/wargaMTA melaksanakan sholat jamak-qosor saja karena sedang dalam keadaansafar sudah mendapat tuduhan membawa agama baru, padahal kebolehansholat jamak-qosor bagi musafir sudah merupakan pengetahuan populer dikalangan umat Islam. Akan tetapi, karena kebolehan sholat jamak-qosortidak pernah dilakansakan, ketika siswa/warga MTA melaksanakannyadituduh membawa agama baru. Rintangan semacam ini memang telahdiramalkan oleh Nabi akan dihadapi oleh orang-orang yang mengikutisunnahnya, “awalnya Islam itu asing dan akan kembali asing sebagaimanaawalnya”.
Di samping rintangan yang tidaksedikit, tentu ada juga hal-hal yang menimbulkan dorongan. Yang palingmenimbulkan dorongan adalah bahwa ketika Al-Qur’an diamalkan dengansungguh-sungguh, dengan tiada disertai keraguan sediktpun, ternyatamembuahkan hasil yang sering sangat mengherankan dan sama sekali diluar dugaan. Ketika benih yang ditabur jatuh di tanah yang subur, benihtersebut tumbuh menjadi tumbuhan yang subur pula. Melihat benih yangkecil yang lemah dan tak berdaya dapat tumbuh menjadi tumbuhan yangbesar, rindang, dan menjulang tinggi, timbullah keheranan dan keharuandalam hati. Inilah yang menjadikan segala rintangan yang datang tampaktak berarti. Maha Agung Allah dengan segala janji-janji-Nya.
Susunan Pengurus Yayasan
Ketua Umum
Drs. Ahmad Sukina
Ketua I
Suharto Sag.
Ketua II
Dahlan Harjotaroeno
Sekretaris I
Drs. Yoyok Mugiyatno, MSi
Sekretaris II
Drs. Medi
Bendahara I
Mansyur Masyhuri
Bendahara II
Sri Sadono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar